Post Terbaru

Isi Kitab Al-Barzanji


UJE KAWE - Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi Muhammad: silsilah keturunannya, kehidupannya semasa kanak-kanak remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi Rasul. Secara garis besar paparan al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: 36 

a. Silsilah Nabi Muhammad adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hāsyim bin Abdi Manāf bin Qushay bin Kilāb bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gharīb bin Fihr (Quraisy) bin Mālik bin Nadhr bin Kinānah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyās bin Mudhar bin Nizār bin Ma’ād bin Adnān. 

b. Pada masa kanak-kanaknya banyak kelihatan hal luar biasa pada diri Muhammad, misalnya: malaikat membelah dadanya dan mengeluarkan segala kotoran yang terdapat di dalamnya. 

c. Pada masa remajanya, ketika berumur 12 tahun, ia dibawa pamannya berniaga ke Syam (Suriah). Dalam perjalanan pulang, seorang pendeta melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya. 

d. Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan pernikahannya dengan Khadījah binti Khuwailid. 

e. Pada saat berumur 40 tahun ia diangkat menjadi Rasul. Mulai saat itu ia menyiarkan agama Islam sampai ia berumur 62 tahun dalam dua periode yakni Mekah dan Madinah, dan ia meninggal dunia di Madinah sewaktu berumur 62 tahun setelah dakwahnya dianggap sempurna oleh Allah. 

Kitab al-Barzanji merupakan bagian dari sebuah karya sastra yang terdiri dalam bentuk prosa-lirik (al-Barzanji Natsar) dan dalam bentuk puisi (al-Barzanji Nazham), yang dikarang Syaikh Ja’far bin Husein al-Kurdi. 

Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebenarnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terlihat pula dalam sejumlah puisi.37 

Dalam bahasa Arab, sastra disebut dengan adab yang bentuk jamaknya adalah adāb. Secara leksikal adab selain berarti sastra juga berarti etika (sopan santun), tata cara, filologi, kemanusiaan, kultur dan ilmu humaniora.38 Dalam pengertian ini maka adab (sastra) memiliki estetika, bentuk dan isi, baik berupa lisan maupun tulisan. 

Adab dalam arti kesusasteraan (sastra) terbagi menjadi 2 bagian:39

1) Al-Adāb al-Wasfy (sastra diskriptif/ non imajinatif/ non fiksi) 
2) Al-Adāb al-Insyā’i (sastra kreatif/ fiksi) yang sering juga disebut dengan al-ulum al-adabiyah. 

Puisi merupakan salah satu bentuk al-Adāb al-Insyā’i disamping prosa. Puisi (syair) yang kemudian menjadi akar dari tradisi Maulidan Jawiyan karena pembacaannya bersumber dari karya sastra kreatif (kitab al-Barzanji). Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far al-Barzanji merupakan karya yang mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah Nabi Muhammad ke dalam wadah puisi, yang bersifat imajinatif, sehingga pembaca dapat merasakan maddah (pujian) yang indah. 

Syair (puisi) menurut Ahmad al-Sayyib adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Para ahli memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam mendefinisikan syair atau puisi. Sebagian menekankan pentingnya kandungan makna dalam puisi, sebagian yang lain hanya menekankan pada bentuk luar dengan menekankan keharusan adanya bahr dan qafiyah. Definisi Muhammad al-Kuttani yang mengutip pendapat al- Aqqad bahwa syair adalah ekspresi bahasa yang indah yang lahir dari gejolak jiwa yang benar.

Meski dengan corak penyusunan beragam, setiap karya Maulid memiliki kesamaan, yaitu mengandung keunikan dalam gaya dan irama yang khas, serta penuh metafora dan simbol. Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madāih al-Nabawiyyah, puisi-puisi sanjungan kenabian. Meski isinya sering kali disalahpahami oleh kalangan penentang Maulid sebagai kemusyrikan, metafora dan simbol dalam Maulid justru merupakan kekuatan dalam memunculkan kerinduan dan kecintaan umat pembaca kepada Nabi junjungannya. Sebagai bagian dari karya sastra, penambahan-panambahan itu pun dirangkai dalam kalimat kalimat indah yang bersajak. 

Seluruh ungkapan dalam Maulid memang disusun dengan bahasa sastra yang sangat tinggi. Dalam disiplin ilmu balāghah (paramasastra bahasa Arab), penyimbolan dan metafora (tasybīh) dalam Maulid sudah masuk kategori bāligh, tingkatan metafora tertinggi. karena disamping penulisannya menggunakan gaya personifikasi pada beberapa sisi, dan memakai tasybih (penyerupaan) pada beberapa sisi yang lain, juga bersifat imajinatif.

Secara umum, kitab ini ditulis dengan bentuk prosa berirama, dengan sajak-sajak yang berakhiran huruf tā’ marbūthah dengan didahului yā’ berharakat fathah pada barzanji natsar. Seperti dalam fashilah (jeda) pada setiap fragmen prosa Barzanji Natsar, dengan ungkapan “Ath thirillāhumma qabrahul karīm # bi ’arfin syadziyyin min sholātin wa taslīm”, artinya (Ya Allah, berikanlah wewangian pada kubur Nabi SAW yang mulia # dengan salawat dan salam sejahtera yang mewangi, [dia meminjam makna shalawat salam dari kata wangi]).42 Al-Barzanji dapat dilagukan dengan bermacam-macam lagu, yaitu: 

1) Lagu Rekby: membacanya dengan perlahan-lahan. 
2) Lagu Hejas: menaikkan tekanan suara dari Lagu Rekby 
3) Lagu Ras: menaikkan tekanan suara yang lebih tinggi dari Lagu Hejas, dengan irama yang beraneka ragam 4) Lagu Husain: membacanya dengan tekanan suara yang tenang 
5) Lagu Nakwan: membacanya dengan suara tinggi dengan irama yang sama dengan Lagu Ras 
6) Lagu Masyry: melagukannya dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam.

Ada yang membacanya secara berkelompok sampai tujuh kelompok yang bersahut-sahutan, dan ada pula yang tidak dalam kelompok, tetapi membacanya secara bergiliran satu persatu dari awal sampai akhir. 

Dalam konteks sufi, hal ini berarti bahwa apa saja yang dilakukan dengan lagu atau nyanyian, semuanya dimaksudkan untuk peningkatan derajat spiritual seseorang dan mensucikan jiwanya. Semua aktivitas ini tidak mempunyai arti kecuali untuk menghasilkan keadaan jiwa yang netral dan pembukaan mata hati. Nyanyian atau lagu itu adalah untuk Allah, bukan untuk orang lain.44 Nyanyian atau lagu merupakan sarana, yang ketika berada di tangan orang yang mengetahui bagaimana menggunakannya, ia akan memberikan manfaat yang diinginkan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
36 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), hlm. 241. 
37 Dikutip dari http://y2pin.blogspot.com/2012/02/sejarah-sholawat-al-barzanji.html, pada tanggal 7 Febuari 2013. 38Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Krapyak, 1994), hlm. 13-14. 39 M. Mukhsin Jamil, dkk., Syiiran dan Transmisi Ajaran Islam di Jawa, (Semarang: Lemlit IAIN Walisongo, 2009), hlm. 9. 33
40 Ibid., hlm. 34 41 Dikutip dari http://harian-oftheday.blogspot.com/2012_02_01_archive.html, pada tanggal 11 Febuari 2013. 42 Ahmad Muthohar, op. cit., hlm. 61. 43 H.A. Hafizh Dasuki, M.A. dkk., op. cit., hlm. 242. 34

Tidak ada komentar