Nabi Adam As, tidak tinggal di Syurga ! (Pengupasan ilmiah tentang Jannah dan penerbangan antar planet)
UJE KAWE - AlQur'an banyak sekali bercerita masalah penciptaan manusia yang
pertama oleh Allah Swt, yaitu Adam hingga kronologi turunnya Adam
bersama sang istri, Siti Hawa, untuk menjadi khalifah dibumi.
Dalam banyak ayat, AlQur'an mengatakan bahwa tempat mula-mula Adam
dan Hawa adalah disuatu tempat bernama "Jannah", yang oleh kebanyakan
ahli tafsir diterjemahkan sebagai "surga", sebagaimana surga yang
dijanjikan untuk orang-orang yang beriman pada hari kemudian.
Tetapi ... benarkah demikian adanya ?
Tidakkah akan dijumpai beberapa kejanggalan dan menimbulkan masalah
yang irrasional dan bertentangan dengan akal pikiran manusia, begitu
memasuki pemahaman AlQur'an lebih jauh lagi ?
Bukankah Allah sendiri mengatakan bahwa AlQur'an itu adalah kitab
petunjuk bagi orang yang bertakwa dan suatu kitab yang isinya mudah
dipahami ?
"Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa."
(QS. 2:2)
"Sesungguhnya Kami menjadikan AlQur'an dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya)."
(QS. 43:3) Dan memang, pilihan Allah terhadap bahasa Arab sebagai
bahasa Qur'an agar mudah dipahami rasanya sangat tepat sekali, karena
bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan makna dan gaya bahasa serta
memiliki seni keindahan tersendiri, baik dari tata bahasanya, cara
pelafazannya dan lain sebagainya. Apalagi memang Rasul Muhammad Saw
sendiri diutus dari kalangan bangsa Arab, yang secara otomatis bahasa
Arab menjadi bahasa ibunya.
"Dan jika Kami jadikan dia /sebagai/ bacaan asing tentulah mereka
bertanya : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ?". Apakah
/patut bahasanya/ asing dan /Rasul adalah orang/ Arab ?"
(QS. 41:44)
Kembali kita pada permasalahan semula, yaitu mengenai kata-kata
Jannah yang disebut didalam AlQur'an sebagai tempat tinggal Adam dan
istrinya sebelum diturunkan kebumi, tidaklah tepat kita artikan
sebagai surga.
Ada pengertian lain yang lebih tepat untuk penafsiran kata Jannah
ketimbang dari penafsiran surga, yaitu Kebun yang subur !
Dan memang Jannah dalam bahasa Arab dapat berarti kebun dan dapat
juga diartikan sebagai surga.
Dalam hal ini, A. Hassan untuk tafsir Al-Furqan-nya tetap memakai
istilah Jannah untuk tempat tinggal Adam yang pertama kali, dengan
menggunakan catatan kaki pada hal. 10 ...."tinggallah di Jannah
(kebun atau surga) ini...."
Sementara banyak pula tafsiran lain, termasuk versi Depag RI yang
menggunakan pengertian surga untuk tafsiran kata Jannah
Untuk itu, mari kita bahas lebih jauh lagi dengan berdasarkan
dalil-dalil Qur'an, logika dan Science modern.
Adam diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah dibumi
Dan sementara itu Adam tinggal di jannah yang terletak disuatu tempat
lalu Adam dan Hawa melanggar atas skenario yang sudah ditentukan
Tuhan
selanjutnya Adam dan Hawa dipindahkan atau diturunkan dari Jannah itu
menuju kedunia sebagaimana yang sudah dikehendaki oleh Allah semula.
"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak jadikan seorang khalifah dibumi !". Mereka bertanya:
"Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat
bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami
bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?"
Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui !".
(QS. 2:30)
"Hai Adam ! tinggallah engkau dan istrimu di Jannah serta makanlah
oleh kamu berdua apa-apa yang disukai, tetapi janganlah kamu
mendekati Syajaratu, karena kamu akan termasuk golongan mereka yang
zhalim".
(QS. 7:19)
Mungkinkah Adam saat itu tinggal disurga bersama dengan Jin dan
malaikat ?
Ingat ... Iblis adalah segolongan dari Jin
Hanya saja saat itu mereka belum ingkar, sampai pada saat perintah
sujud kepada Adam
Setan dan Iblis itu adalah dua nama untuk satu mahkluk jahat
Dan Makhluk jahat ini kita klasifikasikan atas 2 :
1 Golongan Jin
2 Golongan manusia
"Dan ingatlah, ketika Kami memerintah kepada malaikat: "Sujudlah
kepada Adam !", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia adalah dari
golongan jin, maka ia durhaka kepada perintah Tuhannya !"
(QS. 18:50)
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh,
syaitan-syaitan /dari/ manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan
kebohongan kepada sebahagian yang lain sebagai tipu daya."
(QS. 6:112)
Sekarang jika kita memahami pengertian Jannah sebagai surga yang akan
kita tempati pula pada hari akhir nanti :
Apakah Adam tinggal disurga bersama jasad kasarnya ?
Apakah dia juga bisa melihat Tuhan ? melihat malaikat ? melihat Jin ?
Bukankah Tuhan berfirman ataupun berkata-kata kepada Adam ? hal ini
mengingat dalam Qur'an tidak ada disebutkan bahwa Tuhan mewahyukan
kepada Adam selama dia masih didalam Jannah melalui perantara Jibril.
Bukankah juga Adam melihat akan sujudnya para malaikat kepada dirinya
? atau tidak ?
Iblis jelas sudah ingkar, tapi kenapa masih ada dalam surga yang suci
?
Buktinya dia masih bisa merayu Adam dan istrinya untuk mendekati
Syajarah
dalam terjemahan Indonesia, biasanya ditafsirkan sebagai "pohon
terlarang dalam surga"
Adakah hubungan antara Jannah tempat tinggal Adam pada mulanya itu
dengan Jannah yang dikatakan terletak didekat Sidratul Muntaha,
dimana Rasulullah Muhammad Saw melakukan perjalanan Mi'rajnya[2]
seperti pada surah 53:15 ?
Dalam hal ini saya akan mencoba mengupas semua pertanyaan ini dengan
gamblang dan logis, berdasarkan hal-hal yang dapat diterima oleh akal
dan pikiran manusia wajar dan dapat pula dianalisis dengan ilmu
pengetahuan, baik sekarang apalagi dimasa yang akan datang,
InsyaAllah.
[IMAGE] [IMAGE]Pemahaman & Pendapat Saya[IMAGE]
[IMAGE]
Adam pada mulanya tinggal disebuah kebun yang sangat subur yang
terletak disuatu tempat yang tinggi, Adam memang bisa melihat
malaikat dan Jin namun Adam tidak bisa melihat Tuhan karena halusnya
zat dari Tuhan itu sendiri dan bersesuaian dengan ayat 6:103
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala penglihatan itu karena Dia amat Halus lagi
Mengetahui."
(QS. 6:103)
Percakapan yang terjadi antara Tuhan dengan Adam as dibatasi oleh
penghalang yang dalam AlQur'an disebut dengan tabir/hijab sebagaimana
pada ayat 42:51
"Dan tidak bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
kepadanya melainkan dengan ilham atau dari belakang tabir (hijab)
atau Dia mengirim utusan /malaikat/ lalu dia mewahyukan dengan
seizin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Tinggi lagi Maha Bijaksana.
(QS. 42:51)
Dialog dan sujudnya para malaikat dan Jin terhadap Adam terjadi
secara real, juga terhadap ingkarnya Iblis terjadi secara nyata
dihadapan Adam as dengan kata lain disaksikan oleh Adam as.
Hal ini dapat kita terima secara logis,
Dalam ilmu agama, batin atau tenaga dalam, ada yang disebut dengan
kasyaf atau tembus pandang
dimana seseorang dapat melihat tembus hal-hal ghaib yang orang lain
tidak mampu melihatnya
hal ini seringkali kita temukan dalam dunia sehari-hari
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa itu benar. Dan tidakkah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menyaksikan segala sesuatu ?"
(QS. 41:53)
Ayat diatas dapat dipergunakan secara umum, karena memang amat sangat
banyak tanda-tanda kekuasaan dan ilmu Tuhan itu didalam diri kita
selaku manusia ini, baik itu dimulai dari bentuk jasmani/phisik
sampai pada anatomi tubuh bagian dalam, yang melingkupi sel-sel,
tulang, darah dan sebagainya.
Mari kita baca ayat berikut ini :
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu -- DAN
DIKELUARKAN DARI KEADAAN SEMULA -- dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu ! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai
waktu yang ditentukan".
(QS. 2:36)
Keadaan semula ini bisa juga diterjemahkan dengan terkeluar dari
keadaan yang mereka sudah ada padanya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan.......keluar dari keadaan semula
atau keadaan yang sudah ada pada mereka yang bagaimanakah maksudnya ?
Apakah ini bisa diartikan bahwa Adam dan Hawa dikeluarkan dari
kesucian mereka, bukankah mereka sebelumnya makhluk yang suci sebelum
akhirnya melanggar ?
Ataukah merupakan keluarnya mereka dari keadaan kasyaf mereka
mula-mula yang dapat melihat segala sesuatu selain zat Allah yang
Maha Halus.
Namun, jika kita mengatakan bahwa maksud dari dikeluarkan dari
keadaan semula adalah dikeluarkannya Adam dan istrinya dari Jannah,
maka hal itu kurang tepat, sebab pernyataan yang demikian, yaitu
masalah pengeluaran Adam ini disebutkan pada kalimat berikutnya, pada
saat Allah berfirman menyuruh mereka pergi (setelah kesalahannya
diampuni oleh Allah).
Silahkan melihat kembali ayat 2:36 tersebut dengan lebih teliti dan
lihat juga Surah 20:122 dan 123 !
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu ! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai
waktu yang ditentukan".
(QS. 2:36)
"Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan
memberinya petunjuk. Allah berfirman:Turunlah kamu berdua dari Jannah
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian yang lain. Maka
jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka."
(QS. 20:122-123)
Pada surah 20:122 dikatakan bahwa Tuhan memilihnya (Adam), ini bisa
kita tafsirkan bahwa Allah memilih Adam atau dalam hal ini berperan
sebagai makhluk manusia yang dekat denganNya dan merupakan makhluk
yang paling mulia dari semua makhluk Allah yang ada yang sudah
diciptakan oleh Allah.
Namun kata Tuhan memilihnya ini juga bisa kita tafsirkan dengan
terpilihnya Adam dari makhluk-makhluk Allah yang telah lebih dulu ada
dan tercipta untuk mendiami planet bumi.
Dan memang benar tidak dijelaskan secara nyata bahwa Allah akan
menunjuk manusia sebagai penghuni bumi, tetapi pendapat yang demikian
kiranya bisa dibantah oleh surah 2:30-34 yang jelas menunjukkan bahwa
Allah telah menjadikan Adam sebagai makhluk yang akan memegang tampuk
kekhalifahan Tuhan dibumi.
"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak jadikan seorang khalifah dibumi !". Mereka bertanya:
"Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat
bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami
bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?"
Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui !".
(QS. 2:30)
"Lalu Dia mengajarkan kepada Adam keterangan-keterangan itu semuanya
, kemudian Dia menunjukkan benda-benda itu kepada para Malaikat
seraya berkata: "Sebutkanlah kepada-Ku keterangan-keterangan ini jika
memang kamu makhluk yang benar !" Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau !
tiada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Mengetahui, Bijaksana."
(QS. 2:31-32)
Catatan :
Sebenarnya terjemahan "Hakim" dengan "Maha bijaksana" pada ayat
terakhir 32 (Innaka Antal 'alimul Hakim) kuranglah tepat, karena arti
Hakim ialah Yang mempunyai Hikmah. Hikmah adalah penciptaan dan
penggunaan sesuatu yang sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya.
Tetapi disini diartikan dengan "Maha Bijaksana" karena dianggap arti
tersebut hampir mendekati pengertian "Hakim".
Sekarang jika benar bahwa Adam dapat melihat Iblis, kenapa Adam dapat
terpedaya oleh Iblis ?
Bukankah Adam dapat melihat Iblis ?
Benar Adam dapat melihat Iblis pada waktu itu, tapi Iblis sendiri
sejak dia menolak untuk hormat kepada Adam, sudah bersumpah kepada
Tuhan untuk menyesatkan mereka dan keturunannya kelak dikemudian
hari.
Iblis sendiri dan juga Adam, tidak mengetahui bahwa semuanya itu
sudah diatur oleh Allah.
Allah menyatakan bahwa Dia akan menjadikan Adam khalifah dibumi hanya
kepada malaikat, bukan kepada Adam dan bukan juga kepada Jin/Iblis !
Selanjutnya, Allah menciptakan Adam dan disuruhlah malaikat dan Jin
untuk bersujud, hormat kepadanya.
Salah satu golongan dari Jin, yaitu Iblis, menolak perintah Allah
tersebut dengan bersombong diri bahwa dia lebih mulia ketimbang Adam
dalam hal kejadiannya.
Allah menegur Iblis dan Iblis memintakan penangguhan dirinya hingga
hari kiamat kelak. Permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah dan jadilah
Adam diberikan ujian terhadap Iblis, sedang Iblis sendiri tidak sadar
bahwa dengan godaannya itulah justru kehendak Allah akan tercapai,
yaitu menjadikan Adam dan keturunannya khalifah dibumi, bukan
diJannah tersebut.
Inilah sedikit bukti bahwa Adam dapat melihat para Malaikat, Jin dan
Iblis :
Dan dia bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya aku ini bagi
kamu, termasuk dari mereka yang memberi nasehat." (QS. 7:21)
Bagaimanakah Iblis dapat mengucapkan sumpah pada keduanya jika dia
tidak dapat dilihat oleh Adam dan istrinya ?
Belum lagi pada waktu Allah mengingatkan kepada Adam pada waktu Iblis
menyatakan keingkarannya terhadap perintah Tuhan agar dia sujud,
menghormat kepada Adam as, tentunya Adam menyaksikan peristiwa
penolakan Iblis itu dan langsung Allah mewanti-wanti Adam terhadap
makhluk itu :
Lalu Kami berkata: "Hai Adam ! sesungguhnya ini musuh bagimu dan
bagi isterimu, maka janganlah ia mengeluarkan kamu berdua dari
Jannah, karena engkau akan menjadi susah."
(20:117)
Selanjutnya, akan saya ketengahkan satu Hadits Qudsi yang mendukung
pendapat bahwa Adam dapat melihat mereka:
Abdullah bin Muhammad bercerita kepada kami, Abdur Razaq
bercerita kepada kami dari Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah
r.a. dari Nabi Saw bersabda : "Allah menciptakan Adam, tingginya
60 hasta", kemudian Allah berfirman: "Pergilah, berilah salam
kepada malaikat itu, dan dengarkan penghormatan mereka kepadamu
itulah penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu". Adam
berkata: "Assalamu'alaikum /semoga kesejahteraan tetap atasmu/".
Mereka menjawab: "Assalamu'alaikum warahmatullah /semoga
kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu/". Mereka menambah wa
rahmatullah /dan rahmat Allah/. Setiap manusia yang masuk surga
dengan bentuk seperti Adam, penciptaan itu senantiasa berkurang
sampai sekarang."
Ditahrijkan oleh Al Bukhari dalam kitab Bad'ul Khalqi, Bab Khalqu
Adam jilid IV, hal 131 dan termaktub dalam buku Kelengkapan
Hadist-Qudsi terbitan CV. Toha Putra Semarang yang aslinya
diterbitkan oleh Lembaga AlQur'an dan AlHadist Majelis Tinggi Urusan
Agama Islam Kementrian Waqaf Mesir, Bab 10 : Tentang Penciptaan Adam
halaman 158 s.d 175.
Dan Adam memang berhasil diperdaya oleh Iblis untuk mendekati pohon
terlarang
Tapi .... benarkah didalam Jannah atau kebun itu terdapat sebuah
pohon yang terlarang untuk dimakan buahnya oleh Adam dan istri ?
Mari kita tinjau dulu arti pohon terlarang ini dari ayat aslinya :
Istilah yang dipakai oleh Qur'an untuk menyatakannya adalah dengan
Syajaratu atau Syajarah yang selalu ditafsirkan oleh para penafsir
Qur'an dengan kata pohon.
Padahal tidak demikian adanya.
Istilah Syajaratu memiliki pengertian Pertumbuhan, dan istilah
Syajarah berarti Bertumbuh bukan = pohon.
Adapun yang berarti pohon ialah Syajaruh, seperti yang tercantum pada
ayat 16/68, 27/60, 36/80 dan 55/6.
Istilah Syajarah atau Syajaratu yang juga berarti 'Pertumbuhan' akan
kita dapati pada surah 48:18 sbb :
Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang yang beriman
itu ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah 'Pertumbuhan',
Dia mengetahui apa yang dihati mereka lalu Dia menurunkan
ketentraman atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat."
(QS. 48:18)
Pertumbuhan pada terjemahan diatas ini adalah perkembangan iman atau
pertumbuhan Islam sewaktu AlQur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Waktu itu Allah memberikan ketenangan dalam hati orang-orang
Islam walaupun ketika itu keadaan musuh sangat membahayakan.
Hal semacam ini terjadi sebagaimana juga pada perjanjian Aqabah
pertama /Bai'atul Aqabatil Ula/ yang sering disebut juga dengan nama
Bai'atun Nisaa' /Perjanjian wanita/ karena dalam ba'iat itu ikut
seorang wanita bernama 'Afra binti 'Abid bin Tsa'labah serta Ba'iatul
Aqabah ats Tsaaniyah /Perjanjian Aqabah kedua/ yang masing-masing
menyatakan kesiapan dan kesanggupan penduduk Yatsrib /Madinah/ untuk
setia terhadap Nabi dan membela beliau walaupun umat Islam saat itu
masih bisa dihitung dengan jari alias masih dalam tingkat
pertumbuhan.
Dan dengan pengertian serta perbedaan kedua arti kata itu, maka
sekarang bisa diartikan sebagai dilarangnya Adam oleh Tuhan untuk
melakukan persetubuhan/pertumbuhan dengan Hawa didalam Jannah
tersebut, meskipun waktu itu Hawa sudah menjadi istri dari Adam.
Pertumbuhan itu adalah kata lain untuk pembuahan yang terjadi akibat
hubungan suami istri
Karena itulah ayat AlQur'an tidak melarang Adam 'Jangan memakan' atau
'Jangan mengambil buah pohon' tetapi yang dinyatakan kepada Adam
adalah 'Jangan mendekati pertumbuhan'.
Ingat, sewaktu pertama diciptakan, Adam telah diberitahukan oleh
Allah mengenai hakekat segala sesuatunya.
AlQur'an memang melukiskan kejadian tersebut sedemikian rupanya
melalui kalimat-kalimat yang halus dan baik sehingga menjadi sopan
dan indah dengan perkataan Syajarah atau Syajaratu yang oleh para
penafsir selama ini diartikan dengan pohon.
Mereka dapat dibujuk oleh Iblis agar melakukan persetubuhan tersebut
lalu keduanya terjebak dan terbuai akan kenikmatan tersebut sehingga
ketika mereka sadar mereka mendapati bahwa tubuh mereka sudah tidak
lagi terbungkus dengan pakaian karena pakaian mereka sudah terlempar
kesana kemari.
Dan ini bersesuaian dengan ayat 7:22 yang menyatakan bahwa setelah
mereka merasakan "buah dari pohon itu" yang bisa diartikan "hasil
/buah/ dari perbuatan mereka tersebut", mereka tersentak karena
menyadari telah dapat melihat aurat masing-masing.
Dan mereka mulai menutupi aurat mereka dengan daun-daun yang ada
dikebun tersebut secara refleks, sebab mereka tidak sempat lagi
berpikir kemana pakaian mereka sebelumnya terlempar ... refkesi ini
dapat saja terjadi karena begitu sadar mereka telah melanggar
ketentuan dari Tuhan, saking paniknya mengambil apa saja untuk
menutupi keadaan diri masing-masing, untuk selanjutnya Adam meminta
ampun kepada Allah atas pelanggarannya itu.
Perbuatan Adam ini dinilai oleh Tuhan sebagai orang yang tidak
memiliki kemauan yang kuat untuk memenuhi perintah Allah sebagaimana
ayat 20:115, meskipun memang semuanya itu adalah kehendak dari Allah
agar Adam turun kebumi dan menjadi khalifah disana.
Apa yang dilakukan oleh Adam dan istrinya itu, bukan suatu dosa
sehingga semua manusia harus mewarisi dosa turunan mereka itu, Allah
memang sebaik-baiknya perencana, jauh sebelum penciptaan Adam, Allah
sudah berfirman akan menjadikannya sebagai khalifah dibumi, bukan di
Jannah, dan Iblis tidak tahu itu sehingga dia menganggap bahwa dengan
turunnya Adam kebumi, Adam akan dibenci oleh Tuhan dan akan berdosa
seumur hidupnya serta akan diwarisi pula oleh keturunannya.
Sama sekali TIDAK !
Allah sudah mengampuni perbuatan Adam dan istrinya itu.
Adapun turunnya Adam kebumi adalah atas kehendak dan rencana Allah
sendiri, bukan rencana Iblis !
Makanya hawa nafsu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang amat
berbahaya bagi manusia, dari peradaban dulu hingga jaman kita
sekarang ini dan telah pula diingatkan oleh Rasulullah Muhammad Saw
kepada umatnya sewaktu pulang dari peperangan Badar serta banyaknya
ayat AlQur'an yang mengingatkan manusia perihal pengendalian hawa
nafsu ini.
Dan ini menjadi semacam peringatan keras sekaligus pelajaran berharga
bagi kita sebagai anak cucu Adam, bahwa betapa sukarnya untuk
mengendalikan hawa nafsu, terutama kepada perempuan alias nafsu
syahwat.
Selanjutnya Adam bersama istrinya itu diberi amanat oleh Allah agar
turun kebumi
Itu membuktikan bahwa saat itu mereka tidak berada di Bumi !
Coba perhatikan ulang surah 2:36
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:"Turunlah!"
(QS: 2:36)
"Turunlah" itu adalah kalimah perintah, dan dalam bahasa Qur'annya
adalah "ih bithu" , dan arti sebenarnya adalah : "Turun dari tempat
yang tinggi.", seperti dari gunung, dan juga dipakai dengan arti
"Pindah dari satu tempat kesatu tempat lain." Hal ini sama dengan
yang dikatakan oleh Qur'an pada turunnya Nabi Nuh dari kapal
kedaratan, jatuhnya batu dari tempat tinggi dan lain sebagainya.
Sebagian dari ulama juga berpendapat bahwa mengenai turunnya Adam ini
bukan dari suatu tempat tinggi, katakanlah suatu planet yang ada
diluar bumi ini, tetapi turun derajat dari yang tinggi kepada yang
rendah didasarkan atas keadaan Adam yang telah berdosa. Sebenarnya
pendapat demikian telah ditentang oleh Qur'an dalam surah 17:70 yang
menyatakan bahwa Adam dan keturunannya tetap dipandang sebagai
makhluk ciptaan Allah yang mulia, begitupun oleh surah 20:122 yang
menjelaskan bahwa Allah telah memilihnya dan juga memberikan ampunan
dan petunjuk.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami beri
mereka kendaraan di darat dan di laut, Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(QS. 17:70)
Kita melihat bahwa AlQur'an disini juga tidak menjelaskan secara
jelas, dimana Adam dan istrinya itu turun dan bertempat tinggal
setelah diperintah oleh Allah keluar dari Jannah tersebut. Sehingga
tetap akan selalu ada kemungkinan bahwa sebelum Adam berdiam di
planet bumi kita ini, Adam dan istrinya telah terlebih dahulu turun
dan mendiami bumi-bumi lainnya disemesta alam ini dan berketurunan
disana, yang mana keturunan dari mereka ini akan menjadi Adam-adam
pertama ditempat-tempat tersebut untuk selanjutnya mereka melanjutkan
perjalanan mereka keplanet bumi ini sebagai bumi terakhir yang belum
mereka kunjungi, dan merupakan tempat mereka tinggal selama-lamanya,
hingga wafatnya.
AlQur'an sendiri menyatakan bahwa ada banyak sekali terdapat
bumi-bumi lainnya diluar planet bumi yang kita diami ini:
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(QS. 65:12)
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya. Padahal bumi-bumi itu semuanya dalam genggaman-Nya pada
hari kiamat dan langit digulung dalam kekuasaanNya. Maha Suci dan
Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. 39:67) Kedua ayat yang kita muatkan diatas menunjukkan dengan
pernyataan Allah bahwa bumi ini digandakan, sedangkan istilah "Ardhu"
yang tercantum pada ayat 39:67 adalah Isim jamak atau noun plural
yang dibuktikan dengan istilah "Jamii'aa" yang berarti semuanya. !
Adapun angka 7 [3]yang dipakai didalam AlQur'an sebanyak 24 kali
adalah untuk maksud yang bermacam-macam. Angka 7 ini sendiri dalam
kaidah bahasa Arab dapat diartikan untuk menerangkan jumlah "Banyak"
atau Tidak terhitung.
Hal ini sama halnya dengan orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi
yang menyatakan bahwa angka 7 mempunyai arti "Banyak" dalam makna
jumlah yang tidak ditentukan.
Dalam Qur'an angka 7 dipakai 7 kali untuk memberikan bilangan kepada
langit (Sama'), angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan adanya 7
jalan diatas manusia.
Jadi cukup logis jika kita TIDAK menganggap bahwa Jannah itu sebagai
surga yang dijanjikan kepada kita kelak, sebab jika tidak demikian,
akan muncul beragam pertanyaan yang tidak terpecahkan.
Adapun beberapa pertanyaan tersebut adalah :
1 Mungkinkah Adam dan Hawa tinggal disurga bersama Iblis penggoda
dengan jasad kasar ?
2 Lalu dimana surga tersebut ? Abstrakkah ? Konkretkah ?
3 Apakah didunia ini ? sehingga begitu disuruh turun kedunia
mereka seolah hanya tinggal menjejakkan kaki melangkah seolah
Doraemon yang memiliki pintu ajaibnya ?
4 Lalu bila syurga itu abstrak, bagaimana bisa Adam dan Hawa
tinggal dalam suatu lingkungan abstrak sementara mereka sendiri
terdiri dari materi atau benda yang berwujud ?
5 Lalu bagaimana Iblis bisa keluar dari surga pada saat Adam
diusir ?
6 Jika Iblis memang sudah diusir dari surga oleh Allah sewaktu
pertama kali ia ingkar atas perintah Allah bagaimana tahu-tahu
Iblis bisa menggoda Adam dan Hawa yang masih disurga ?
7 Sedemikian tipisnyakah shelter dari surga itu sehingga bisa
ditembus oleh Iblis ?
8 Apakah mereka juga makan dan minum dengan benda abstrak ?
9 Apakah pakaian mereka juga abstrak ? termasuk daun-daun Jannah
yang untuk menutupi tubuh kasar mereka ?
10 Apakah benda-benda yang dikenal oleh Adam yang diajarkan oleh
Allah 2:31 adalah abstrak ?
Sementara surga itu sendiri sebagaimana yang disyaratkan oleh Qur'an
sebagai suatu tempat yang kekal, dimana tidak satupun dari makhluk
yang bisa keluar dari dalamnya dan tidak akan ada larangan apa-apa
disana karena statusnya adalah sebagai tempat yang suci dan tempat
kebebasan.
"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu
penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
(QS. 2:82)
Lainnya lagi, Adam sudah diajarkan oleh Allah perihal nama-nama benda
yang ada pada Jannah tersebut dan itu adalah konkret sebagaimana pula
dengan diri dan keberadaan Adam, Hawa dan lingkungannya adalah nyata
Lalu ketika mereka ada dibumi, toh Adam dan istrinya terbukti tidak
terlalu kaget dengan lingkungan barunya sebab dia sudah mengenal
lingkungan itu karena memang lingkungan bumi tidak berbeda jauh
dengan Jannah tempatnya tinggal pertama kali.
Masalah udara contoh lainnya ... jelas bahwa udara ditempat Adam
tinggal dulu adalah sama dengan udara dibumi ini sebagai zat
pernafasannya, begitupula keadaan tanah tempat mereka berpijak.
Mengenai keadaan Jannah ini, mari kita lihat petunjuk Allah dalam
AlQur'an :
"Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah
musuh bagimu dan bagi isterimu, janganlah sampai ia mengeluarkan
kamu berdua dari Jannah, yang menyebabkan kamu menjadi aniaya.
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan
telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak akan ditimpa kepanasan".
(QS. 20:117-119)
Apakah dalam surga ada matahari sehingga Adam dapat merasa panas ?
Jelasnya bahwa Jannah itu terletak disuatu tempat diluar planet bumi
dan tempat dimana orang tidak akan pernah merasa lapar dan haus sebab
didalam Jannah alias kebun yang subur itu ada banyak buah-buahan
pengusir rasa lapar dan dahaganya serta tidak akan terkena panas
matahari yang mengorbit didekatnya akibat kerindangan dari
pohon-pohon yang ada didalam kebun itu sendiri. Juga tidak akan
telanjang karena banyak sekali bahan yang dapat dijadikan sebagai
pakaian penutup aurat.
Selanjutnya, Adam dan istrinya dikirim kebumi dengan kendaraan
tertentu dari Jannah tersebut yang juga dikitari oleh Barkah
disekeliling mereka sebagaimana juga terjadi pada Rasulullah Muhammad
Saw Al-Amin pada waktu peristiwa Mi'rajnya.
Masalah Barkah dan perjalanan Nabi Saw ini kita bahas secara panjang
lebar pada Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah An Najm
1 s.d 18) [4] serta Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah
Al Israa 1) [5] yang juga akan diikuti dengan Mengungkap tentang
Buraq, kendaraan penjelajah inter dimensi.[6]
Kita kembali pada Adam dan Hawa, ketika mereka tiba diplanet bumi
kita ini, pesawat/kendaraan mereka itu dikandaskan oleh Allah disuatu
tempat sehingga terpisahlah Adam dan Hawa untuk sekian lamanya
sehingga akhirnya mereka kembali berjumpa di padang Arafah, berjarak
25 Km dari kota Mekkah dan 18 Km dari Mina. (Arti dari Arafah sendiri
adalah pertemuan.)
Atau bisa juga jika kita tetap beranalogi bahwa dari Jannah itu Adam
dan istrinya langsung diturunkan keplanet bumi kita ini tanpa adanya
persinggahan dibumi-bumi lainnya, mereka didaratkan terpisah oleh
Allah sebagai pelajaran untuk mereka berdua agar dapat belajar
mengendalikan hawa nafsu mereka masing-masing sekaligus memberikan
kesempatan kepada Adam dan Hawa untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan barunya dibumi ini yang tidak jauh berbeda dengan keadaan
sewaktu mereka masih di Jannah. Hal ini dapat kita selami dari
lamanya waktu mereka berpisah begitu mereka diturunkan dibumi dari
Jannah (menurut salah satu riwayat sekitar 200 tahunan; Wallahu'alam
)
Jelasnya saya berpendapat bahwa semuanya terjadi secara logis, sesuai
dengan sifat dari AlQur'an yang mengutamakan kelogisannya
Memang benar, bahwa manusia sudah mengalami penerbangan antar planet
atau tata surya, jauh sebelum apa yang disebut dengan Apollo atau
Stasiun Mir dibuat oleh Amerika dan Rusia
Nabi Adam as bersama istrinya (Siti Hawa), adalah dua orang manusia
ciptaan pertama Tuhan yang juga merupakan manusia pertama kalinya
melakukan perjalanan antar planet atau juga antar dimensi, yang
selanjutnya diteruskan oleh Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin sebagai
Nabi dan Rasul Allah sekaligus sebagai manusia pilot pelopor
penjelajahan ruang angkasa di masa lalu dari keturunan Bani Adam.
Tentunya, penjabaran saya ini akan semakin membuat kontroversi yang
berkepanjangan dari semua rekan-rekan, tetapi cobalah anda menyimak
dengan teliti satu persatu secara perlahan semua apa yang saya
tuliskan disini, dan anda ikuti alur pemikiran saya dengan cermat.
Dan untuk sementara ini saya baru menggunakan satu Hadist yang berupa
Hadist Qudsi sebagai dalil pendukung, sebab saya masih melakukan
penggalian terhadap AlQur'an sebagai satu-satunya sumber ilmu yang
pasti karena merupakan wahyu Allah yang terjaga kesuciannya serta
berfungsi sebagai dalil yang tidak terbantahkan !
Sampai saat ini, rasanya masih belum begitu banyak rahasia-rahasia
yang terkandung didalam Qur'an dapat dipecahkan oleh manusia,
meskipun wahyu Allah itu diturunkan sudah lebih daripada 14 abad yang
lalu !!!
Qur'an masih tetap berupa kitab yang penuh misteri, baik ditinjau
dari sudut ilmiah apalagi dari sudut ayat yang menerangkan tentang
hal-hal ghaib.
Jadi makanya saya lebih condong mengatakan bahwa arti Jannah disana
adalah kebun yang terletak disuatu tempat diluar bumi alias outer
space !
Dan ini tidak bertentangan dengan semua ayat Qur'an manapun juga,
sebab sebagai suatu tempat yang nyata yang terletak diluar planet
bumi, Jannah alias kebun yang subur itu tentunya siapapun masih dapat
memasukinya, karena dia tidak bersifat kekal.
Satu hal lainnya yang semakin menguatkan pendapat ini adalah
pernyataan pada surah Al-Jin 72:9 :
"...Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat
di langit itu." (QS. 72:9)
Ayat ini dapat kita hubungkan dengan pembahasan kita ini bahwa pada
masa lalu, memang benar kaum Malaikat, kaum Jin serta manusia (yang
waktu itu Adam dan istrinya) berkumpul dalam suatu tempat yang
bernama Jannah yang terletak di suatu tempat dilangit
Tetapi dengan diturunkannya Adam bersama Hawa kebumi dan diusirnya
Iblis dari sana maka tempat tersebut diberikan penjagaan seperti yang
termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari surah 72 tersebut.
"...kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan
panah-panah api." (QS. 72:8)
"...Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai." (QS. 72:9) Ayat-ayat tersebut
bersesuaian dengan surah Al-Mulk ayat 5, sekaligus menjadi penjelas
apakah panah-panah api itu :
"Sesungguhnya telah Kami hiasi angkasa dunia itu dengan
bintang-bintang menyala dan Kami jadikan dia hal yang diancamkan
untuk syaitan, dan Kami sediakan semua itu untuk mereka selaku
siksaan yang membakar."
(QS. 67:5)
Mari sekarang kita berbicara sedikit mengenai masalah bintang yang
menyangkut pengetahuan dan science modern.
Bintang-bintang adalah seperti matahari, benda-benda samawi yang
menjadi wadah fenomena fisik bermacam-macam, yang diantaranya yang
paling mudah dilihat adalah pembuatan cahaya.
Bintang-bintang berbeda ukuran dan sifatnya, beberapa buah bintang
lebih kecil daripada bumi, yang lainnya beribu kali lebih besar.
Karena bintang memancarkan panas dan cahaya, astronom pernah salah
menduga dengan mengira adanya pembakaran dalam bintang (pendapat ini
dikemukakan oleh William Thomson, ahli fisika Skotlandia yang juga
memiliki gelar Lord Kelvin).
Energi bintang dihasilkan karena pengubahan hidrogen (dalam AlQur'an
disebut dengan istilah ALMAA' yang sering diartikan orang dengan Air
) menjadi helium. Proses semacam ini yang menghasilkan sejumlah besar
energi (dinamai Reaksi Nuklir), reaksi semacam itu terdapat dalam bom
hidrogen. Tetapi reaksi dalam bintang berlangsung dengan laju tetap,
karenanya energi yang terpancar keluar dapat dikatakan konstan
sepanjang jutaan tahun.
Bintang, bahasa Arabnya Najm disebutkan dalam Qur'an 13 kali, kata
jamaknya adalah Nujum; akar kata dari berarti Nampak. Sementara
gugusan bintang sendiri yang disebut oleh manusia jaman sekarang
dengan galaksi, oleh Qur'an disebut sebagai Al-Buruj (tertuang
sebagai nama surah ke-85), dan bintang pada waktu malam diberi sifat
dalam Qur'an dengan kata Thaariq, artinya yang membakar, dan membakar
diri sendiri serta yang menembus. Disini menembus kegelapan waktu
malam. Kata yang sama Thaariq, juga dipakai untuk menunjukkan
bintang-bintang yang berekor; ekor itu adalah hasil pembakaran
didalamnya.
Untuk memberi gambaran yang tepat mengenai bintang yang disifati oleh
AlQur'an sebagai Thaariq, bisa kita perhatikan dalam ayat berikut :
"Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah
yang datang pada malam hari itu ? yaitu bintang yang cahayanya
menembus."
(QS. 86:1-3)
Bintang-bintang terbentuk dalam kabut-kabut debu dan gas yang amat
besar (Nebula), permulaan terbentuknya bintang diawali dengan
penumpukan debu dan gas yang tertarik oleh gaya tarik kesuatu tempat
dalam nebula. Gaya yang kuat itu mendorong debu dan gas menjadi
sebuah bola raksasa; ditiap tempat gaya itu mendorong kearah pusat
bola. Walhasil, tekanan dipusat membesar, dan akibatnya suhu meninggi
pula. (Alasan ini pula yang membuat pompa angin memanas setelah
dipergunakan memompa ban sepeda).
Karena itulah pusat bola menjadi panas. Dan dengan makin mengecilnya
bola akibat gaya tarik yang terus menerus menekan debu dan gas
kepusat, menaiklah tekanan dan suhu dipusat bola. Selang beberapa
waktu kemudian gas tersebut menjadi panas menyala dan lahirlah
bintang baru.
Ini pulalah kiranya yang diartikan oleh AlQur'an dalam 67:5 dengan
kata bintang menyala.
Jika hidrogen sebuah bintang habis terpakai, reaksi gaya baru segera
mengikutinya dan suhu ditengah bintang naik, karenanya bintang
menggelembung hingga menjadi raksasa atau maha raksasa. Bersamaan
dengan itu terjadi pula perubahan lain. Bintang besar dapat meledak,
bercahaya 100 juta kali lebih terang dari matahari. Dan bintang yang
meledak itu dinamakan dengan Supernova.
Nah, sekarang, mari kita mulai membahas ...... dimanakah letaknya
Jannah atau kebun tempat Adam dan istrinya dulu itu tinggal diluar
bumi ? Apakah dalam planet-planet diatas orbit bumi (seperti Mars,
Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto dan planet-planet lainnya
yang kedudukannya berada diatas orbit bumi yang belum
diketahui/ditemukan) ? Atau juga terletak diluar galaksi Bima Sakti
kita ini ? Adakah disebutkan oleh Qur'an ? dan bisakah kita kesana ?
Hal ini mengingat bahwa Bima Sakti hanyalah satu dari sekian
banyaknya (ribuan juta) galaksi yang ada didalam alam semesta
(Pustaka Pengetahuan Modern : Bintang dan Planet hal.13)
Judul asli : Stars and Planets By Keith Wicks, Grolier International
Inc 1989 dan dialih bahasakan oleh Prof. Dr. Bambang Hidayat (Guru
besar Astronomi di ITB dan Direktur Observatorium Bosscha, ITB),
Editing oleh Ganaco NV, Bandung dan penerbitan oleh PT. Widyadara,
Jakarta.
Untuk mengetahui masalah Jannah yang dimaksudkan sebagai kebun yang
subur tempat dimana dulunya Nabi Adam bersama istrinya tinggal, kita
akan menyinggung masalah Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah
Muhammad Saw.
Next : Memahami peristiwa Mi'raj Rasulullah Saw
(Pengupasan Surah An Najm ayat 1 s.d 18)
Tidak ada komentar