AYAT-AYAT DAN HADITS-HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH (bagian 4)
UJE KAWE - Sifat : Al-Makru,
Al-Kaid, Al-'Afwu, Al-Maghfirah, Al-Izzah Dan Al-Qudrah
[29]. Sifat Al-Makru (Makar) [30]. Al-Kaid (Tipu Daya)
٥٤. وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Artinya :
Mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar, dan Allah membalas makar mereka.
Dan Allah sebaik-baik pembuat makar." [Ali Imran : 54]
١٥. إِنَّهُمْ
يَكِيدُونَ كَيْداً. ١٦. وَأَكِيدُ كَيْداً
"Artinya :
Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir itu) merencanakan tipu daya yang jahat
dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun merencanakan tipu daya pula, dengan
sebenar-benarnya." [Ath-Thariq : 15-16]
١٣. وَهُوَ شَدِيدُ
الْمِحَالِ
"Artinya :
Dan Dia-lah Dzat Yang Maha keras tipu daya-Nya." [Ar-Ra'd : 13]
Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang tersebut dalam ayat-ayat tersebut, yaitu : Makar, Al-Kaid (tipu daya), dan Al-Mumahalah (tipu daya). Ini semua merupakan sifat Fi'liyah yang ada pada Allah, dengan makna yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Namun, dari sifat-sifat Fi'liyah ini tidak boleh diambil nama, sehingga tidak boleh mengatakan : bahwa salah satu nama-Nya adalah Al-Makir (Maha Makar), atau Al-Kaaid (Yang Maha Menipu Daya), karena nama tersebut tidak disebutkan. Kita berhenti pada apa yang tersebut saja, yaitu bahwa Dia Subhanallahu wa ta'ala adalah sebaik-baik pembuat makar dan bahwa Dia merencanakan tipu daya terhadap musuh-musuh-Nya yang kafir itu. Jadi Allah mensifati diri-Nya dengan sifat makar dan menipu daya sebagai balasan, sebagaimana dalam firman-Nya :
Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang tersebut dalam ayat-ayat tersebut, yaitu : Makar, Al-Kaid (tipu daya), dan Al-Mumahalah (tipu daya). Ini semua merupakan sifat Fi'liyah yang ada pada Allah, dengan makna yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Namun, dari sifat-sifat Fi'liyah ini tidak boleh diambil nama, sehingga tidak boleh mengatakan : bahwa salah satu nama-Nya adalah Al-Makir (Maha Makar), atau Al-Kaaid (Yang Maha Menipu Daya), karena nama tersebut tidak disebutkan. Kita berhenti pada apa yang tersebut saja, yaitu bahwa Dia Subhanallahu wa ta'ala adalah sebaik-baik pembuat makar dan bahwa Dia merencanakan tipu daya terhadap musuh-musuh-Nya yang kafir itu. Jadi Allah mensifati diri-Nya dengan sifat makar dan menipu daya sebagai balasan, sebagaimana dalam firman-Nya :
٤٠. وَجَزَاء سَيِّئَةٍ
سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا
"Artinya :
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa." [Asy-Syura :
40]
Sifat tersebut termasuk dalam kategori ini, yaitu menimpakan makar dan tipu muslihat kepada siapa yang layak, sebagai hukuman baginya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengakui untuk diri-Nya perbuatan-perbuatan, akan tetapi Dia tidak menamai diri-Nya dengan isim fa'il dari perbuatan-perbuatan tersebut. Misalnya : Araada, -menghendaki- , syaa'a, -menghendaki-, ahdatsa, -mengadakan- , akan tetapi Allah tidak menyebut diri-Nya dengan nama Asy-Syaa'i (Yang Menghendaki), Al-Murid (Yang Menghendaki), Al-Muhdits (Yang Mengadakan). Dia juga tidak menyebut diri-Nya dengan nama Ash-Shani' (Yang Membuat), Al-Fail (Yang Berbuat), Al-Mutqin (Yang Membuat dengan kokoh), dan nama-nama lain yang diambil dari perbuatan-perbuatan yang dinyatakan Allah sebagai perbuatan diri-Nya. Jadi, bab Af'al (perbuatan-perbuatan), lebih luas daripada bab Asma' (nama-nama). Tetapi, apa yang dinyatakan oleh Allah untuk diri-Nya, maka kitapun meyakininya, misalnya firman-Nya :
Sifat tersebut termasuk dalam kategori ini, yaitu menimpakan makar dan tipu muslihat kepada siapa yang layak, sebagai hukuman baginya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengakui untuk diri-Nya perbuatan-perbuatan, akan tetapi Dia tidak menamai diri-Nya dengan isim fa'il dari perbuatan-perbuatan tersebut. Misalnya : Araada, -menghendaki- , syaa'a, -menghendaki-, ahdatsa, -mengadakan- , akan tetapi Allah tidak menyebut diri-Nya dengan nama Asy-Syaa'i (Yang Menghendaki), Al-Murid (Yang Menghendaki), Al-Muhdits (Yang Mengadakan). Dia juga tidak menyebut diri-Nya dengan nama Ash-Shani' (Yang Membuat), Al-Fail (Yang Berbuat), Al-Mutqin (Yang Membuat dengan kokoh), dan nama-nama lain yang diambil dari perbuatan-perbuatan yang dinyatakan Allah sebagai perbuatan diri-Nya. Jadi, bab Af'al (perbuatan-perbuatan), lebih luas daripada bab Asma' (nama-nama). Tetapi, apa yang dinyatakan oleh Allah untuk diri-Nya, maka kitapun meyakininya, misalnya firman-Nya :
١٦. فَعَّالٌ لِّمَا
يُرِيدُ
"Artinya :
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya [Al-Buruj : 16]
٨٨. صُنْعَ اللَّهِ
الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya :
Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu."
[An-Naml : 88]
[31]. Sifat Al-'Afwu (Memaafkan) [32]. Al-Maghfirah (Mengampuni) [34] Al-'Izzah (Mulia) Dan Al- Qudrah (Kuasa, Mampu)
[31]. Sifat Al-'Afwu (Memaafkan) [32]. Al-Maghfirah (Mengampuni) [34] Al-'Izzah (Mulia) Dan Al- Qudrah (Kuasa, Mampu)
١٤٩. إِن تُبْدُواْ
خَيْراً أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُواْ عَن سُوَءٍ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ عَفُوّاً
قَدِيراً
"Artinya :
Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan, menyembunyikan, atau memaafkan suatu
kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Kuasa." [An-Nisa' : 149]
٨. وَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
"Artinya :
Padahal, kemuliaan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
beriman." [Al-Munafiqun : 8]
٢٢. أَلَا تُحِبُّونَ
أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Artinya :
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." [An-Nur : 22]
Dalam ayat-ayat di atas, Allah Subhanallahu wa ta'ala menetapkan bagi diri-Nya sifat Al-'afwu (memaafkan), Al-maghfirah (mengampuni), Al-'Jzzah (mulia), dan Al-Qudrah (kuasa, mampu), karena itu kita pun meyakininya sebagai sifat Allah, dengan makna yang layak bagi-Nya, tidak ada satupun dari makhluk-makhluk-Nya yang menyerupai sifat-sifat tersebut.[1]
Dalam ayat-ayat di atas, Allah Subhanallahu wa ta'ala menetapkan bagi diri-Nya sifat Al-'afwu (memaafkan), Al-maghfirah (mengampuni), Al-'Jzzah (mulia), dan Al-Qudrah (kuasa, mampu), karena itu kita pun meyakininya sebagai sifat Allah, dengan makna yang layak bagi-Nya, tidak ada satupun dari makhluk-makhluk-Nya yang menyerupai sifat-sifat tersebut.[1]
Foote Note.
[1]. Ar-Raudhah An-Nadiyah, hal.115, Al-Kawasyif Al-Jaliyah, hal.267, dan Mukhtashar Ash-Shawaiq Al-Mursalah Ala Al-Jahmiyahwal Mu'athilah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah II/31-35
[1]. Ar-Raudhah An-Nadiyah, hal.115, Al-Kawasyif Al-Jaliyah, hal.267, dan Mukhtashar Ash-Shawaiq Al-Mursalah Ala Al-Jahmiyahwal Mu'athilah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah II/31-35
Tidak ada komentar