Post Terbaru

Senjata Qs. Almaidah:51

UJE KAWE - Saat ini lagi hangat membicarakan mengenai Al-Qur'an surat Almaidah ayat 51, yang berbunyi sebagai berikut:

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰۤى اَوْلِيَآءَ    ۘ  بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ  ؕ  وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ  ؕ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

(QS. Al-Ma'idah: Ayat 51)

Kalau kita baca ayat di atas secara tekstual maka sudah sangat jelas bahwa kita umat Islam yang benar-benar beriman kepada Allah SWT jangan pernah mengangkat pemimpin dari kalangan Non-Muslim.

Namun yang menjadi persoalan adalah bahwa ayat di atas seringkali dijadikan senjata untuk menjatuhkan lawan. Lebih luas lagi terkadang sekelompok orang tertentu menggunakan nama agama untuk menjadi senjata politik menjatuhkan pesaingnya demi kemenangan pribadi dan kelompoknya dalam arena politik.

Sehingga apa yang akan terjadi adalah penistaan terhadap agama itu sendiri. Karena masing-masing kubu mencari pembenaran sendiri mengenai penafsiran-penafsiran mengenai hukum agama tersebut.

Ironisnya lagi agama hanya dijadikan alat politik demi kepentingan pribadi. Kemudian setelah kemenangan diraih tidak ada lagi landasan agama yang menjadi pedoman dalam kepemimpinannya. Melainkan hawa nafsu yang dijadikan pedoman utama dalam kepemimpinan, maka jangan heran jika saat ini banyak pemimpin yang tidak amanah.

Mereka berani melakukan kejahatan yang merugikan rakyat. Mengumpulkan harta dengan cara curang dan licik, demi memenuhi kekayaan pribadinya. Dan yakin mereka itu tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan dosa.

Pada akhirnya Al-Qur'an yang penuh kebenaran ternodai akibat ulah para jahil yang menjadikan Al-Qur'an hanya sebagai pencitraan dalam ketatnya persaingan politik.

Maka wajar jika ada anggapan bahwa lebih baik memilih pemimpin non-Muslim amanah daripada memilih pemimpin muslim yang tidak amanah. Walaupun sebenarnya anggapan ini sangat keliru.

Selanjutnya, menarik kita bahas mengenai al-qur'an surat al-Maidah  ayat 50 nya. Yang berbunyi sebagai berikut:

Allah SWT berfirman:

اَفَحُكْمَ  الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ  ؕ  وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"

(QS. Al-Ma'idah: Ayat 50)

Jika konsisten dengan Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 51, maka seharusnya hukum Allah SWT yang menjadi pedoman dalam kepemimpinannya. Sebagaimana surat Al-Maidah ayat 50 di atas.

Sehingga kemudian agama tidak hanya sekedar menjadi senjata kampanye tetapi menjadi sumber utama untuk membimbing seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.

Jika begitu maka yakin akan banyak lahir sosok pemimpin yang adil, jujur dan amanah.

Wallohu'alam,

Tidak ada komentar