Pentingnya Ikhlas Dalam Berqurban
Uje Kawe - Tidak terasa sampai waktunya hari raya Idul Adha. Gema takbir kembali bergema diseluruh pelosok nusantara. Tentu berbeda suasana dengan datangnya hari raya Idul Fitri, tidak ada arak-arakan takbiran di jalan, ibu-ibu pun tidak terlalu sibuk memasak untuk menu makanan khas hari raya. Fenomena mudik pun tidak kental di hari raya Qurban ini.
Walaupun tidak semeriah hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha memiliki keutamaan tersendiri. Dimana hari raya qurban ini berkaitan erat dengan peristiwa Nabi Ibrahim As.
Saat itu Nabi Ibrahim As mendapatkan wahyu beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Nabi Ismail As. Bagaimana tidak resahnya Nabi Ibrahim As setelah menerima wahyu tersebut.
Tidak ada orangtua yang tega menyembelih anaknya sendiri. Tapi dengan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim As dengan mantap melaksanakannya.
Begitupun dengan putranya, Nabi Ismail As sangat ikhlas mengikuti apa yang disampaikan ayahnya Nabi Ibrahim As. Nabi Ismail As siap melakukan apa yang telah diperintahkan Allah SWT kepada ayahnya.
Ketika perintah Allah SWT telah siap dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim As beserta putranya Nabi Ismail As, Allah SWT segera menggantikan Nabi Ismail As dengan seekor gibas. Nabi Ismail As pun tidak jadi disembelih. Ternyata Allah SWT hanya menguji keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim As.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يَبُنَىَّ إِنِّى أَرَى فِى الْمَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى, قَالَ يَاَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ, سَتَجِدُنِى إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّبِرِيْنَ. فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُ, لِلْجَبِيْنَ. وَنَدَيْنَهُ أَنْ يَآِبْرَهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ, إِنَّا كَذَالِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَؤُاْ الْمُبِيْنُ. وَفَدَيْنَهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ.
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia: “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S. ash-Shaffat: 102 – 107).
Dari peristiwa ini dapat kita ambil pelajaran bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus diutamakan dari apapun. Nabi Ibrahim As pasti tidak akan tega menyembelih putranya sendiri tapi karena itu adalah perintah Allah SWT, maka tidak ada jalan lain selain melaksanakannya.
Nabi Ismail As yang begitu sholehnya taat kepada ayahnya karena melaksanakan perintah Allah SWT. Tidak ada keraguan dan alasan bagi Nabi Ismail As untuk menolak apa yang menjadi tugas ayahnya tersebut. Beliau tidak mau mempersulit dan menambah beban ayahnya, karena beliau tahu bahwa ayahnya sangat menyayanginya.
Mereka berdua sangat sabar dan ikhlas melaksanakan perintah Allah SWT. Dan tidak mungkin ada orang yang mau melakukannya pada saat ini.
Karena ketaatan dan keikhlasannya Nabi Ibrahim As beserta putranya Nabi Ismail As, mereka mendapatkan kemuliaan disisi Allah SWT. Namun, apa yang terjadi saat ini. Banyak orang yang enggan berqurban walaupun mereka mampu untuk melakukannya.
Surat Al Kautsar 1-2
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban."
Padahal apa yang diqurbankan bukanlah putranya, tapi berupa hewan qurban. Begitu berat rasanya membeli hewan qurban dibandingkan dengan membeli perhiasan ataupun pakaian yang mahal.
Jika mereka sadar bahwa qurban adalah perintah Allah SWT yang nanti di akhirat akan memberikan manfaat besar bagi keselamatan dirinya. Kekayaan kita sebenarnya bukan jumlah saldo direkening ataupun harga mahal barang-barang yang dimiliki. Tapi kekayaan kita sebenarnya adalah semua kekayaan yang kita keluarkan dijalan Allah SWT.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص.م. قَالَ: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصّلاَّنَا ـ رواه احمد و ابن ماجة
Artinya: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati tempat sholat Id kami.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).
Kemudian jangan lupa dalam melakukan setiap ibadah dan amal kebaikan harus disertai dengan keikhlasan. Tanpa keikhlasan ibadah dan amal kebaikan apapun akan menjadi sia-sia.
“Pada hari itu -hari kiamat- tidaklah bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89)
Berqurbanlah dengan penuh keikhlasan agar qurban yang kita lakukan diterima Allah SWT.
Wallohu'alam,
Tidak ada komentar